Breaking News

Wednesday, 16 November 2016

Tempat Wisata Kota Tebing Tinggi

 Tempat wisata di Kota Tebing Tinggi belum banyak tergali. Sebagai wilayah bekas Kerajaan Melayu Padang, hingga kini masih berdiri bangunan bekas Istana Kerajaan Padang di Jl. KF Tandean, Bulian. Istana ini masih bertahan walau bukan bahagian utuh lagi. Lokasi Istana yang menuju Pantai Keladi ini, sekarang diurus oleh waris kerajaan dari turunan Tengku Irwan Hasyim(Tengku Irwan Hasyim adalah Putra dari Tengku Hasyim, beristrikan Tengku Ina Nazli, walau dia juga pernah beristrikan seorang Swedia). Di sisi kiri Istana terdapat Kompleks Pusara Bangsawan Padang.

Masih terdapat beberapa rumah melayu lama di beberapa tempat di Kota Tebing Tinggi, seperti di daerah Bulian Ujung; sebuah Rumah berornamen melayu bekas kediaman Tengku Tokoh.

Di Jl. Syech Baringin, terdapat Makam Tuan Syech Baringin, seorang Sufi yang disegani di wilayah ini pada masanya. Di kompleks makam Sang Sufi masih berdiri Bekas rumah kediamannya yang mirip Rumah Gadang Sumatera Barat. Sayang, Kondisinya sangat memprihatinkan

Di Tebing Tinggi ada beberapa sungai yang berpantai pasir. Walau tanpa pengembangan lokasi-lokasi ini sering dijadikan tempat wisata lokal bagi masyarakat tempatan.

Di wilayah Sungai Sigiling dan Batu Ampat, ada terdapat kolam pemancingan dan kolam rekreasi yang dikelola atas swadaya masyarakat sendiri.

Di kawasan Kota Bayu, lebih kurang 4 kilometer dari pusat Kota Tebing Tinggi, sejak April 2012 terdapat kolam renang Bayu Lagoon. Menyediakan fasilitas tiga kolam renang dimana salah satu kolam untuk anak-anak dilengkapi dengan papan seluncur. Tempat rekreasi ini juga dilengkapi musholla, lahan parkir, ATM, dan rumah makan.

Pada Sabtu malam dan Rabu malam, pemuda pemudi banyak juga menghabiskan paruh malam di sekitar Lapangan Merdeka Jl. Sutomo yang dikenal dengan Lapangan Sri Mersing.

Ada sebuah keunikan pada malam-malam Hari Raya, Budaya berkeliling kota dengan beca bisa kita saksikan sebagai sebuah wisata muatan lokal. Sebuah beca bisa berisi 8 hingga 10 penumpang. Hutan beca sepanjang malam hari raya mempunyai kekhasan tersendiri. Antara penumpang beca satu dengan penumpang beca yang lain dibenarkan saling berlempar-lemparan air atau menembak dengan pistol air; tidak ada kemarahan. Entah kapan budaya ini bermulai, tetapi kebiasaan ini berlangsung setiap tahunnya.
Read more ...

Sejarah Kerajaan Padang Di Kota Tebing Tinggi


Daratan yang terhampar di sepanjang pinggiran sungai Padang dan sungai Bahilang itu mulai dihuni sebagai tempat tinggal pada tahun 1864. Inilah pernyataan resmi pertama kali yang dibuat oleh sejumlah tokoh masyarakat Kota Tebing Tinggi pada tahun 1987. Pernyataan ini terdapat dalam makalah berjudul “Kertas Kerja Mengenai Pokok-Pokok Pikiran Sekitar Hari Penetapan Berdirinya Kotamadya Daerah Tingkat II Tebing Tinggi.” Makalah ini kemudian dijadikan sebagai Perda yang menetapkan bahwa awal berdirinya Kota Tebing Tinggi adalah 1 Juli 1917.

Dalam makalah itu dipaparkan bagaimana perkembangan daerah ini pasca tahun 1864. Dimana dalam tahun-tahun itu, berdasarkan penuturan lisan yang sambung menyambung, seorang bangsawan dari Wilayah Bandar Simalungun ( sekarang masuk wilayah Pagurawan )bernama Datuk Bandar Kajum bersama pengikut setianya menyusuri sungai Padang untuk mencari hunian baru, hingga kemudian mereka mendarat dan bermukim di sekitar aliran sungai besar itu. Pemukiman itu bernama Kampung Tanjung Marulak – sekarang Kelurahan Tanjung Marulak, Kec. Rambutan.

Namun kehidupan bangsawan dari Bandar ini tidaklah tenteram, karena dia terus saja diburu oleh tentara kerajaan Raya. Maka, Datuk Bandar kajum pun memindahkan pemukimannya ke suatu lokasi yang persis berada di bibir sungai Padang. Pemukiman itu merupakan sebuah tebing yang tinggi. Dia dan para pengikutnya mendirikan hunian di atas tebing yang tinggi itu sembari memagarinya dengan kayu yang kokoh. Pemukiman Datuk Bandar Kajum inilah yang sekarang berlokasi di Kelurahan Tebing Tinggi Lama, Kec. Padang Hilir dan kini menjadi lokasi pemakaman keturunan Datuk Bandar Kajum, kemudian yang diyakini sebagai cikal bakal nama Tebing Tinggi.

Pada masa itu, tentara dari Kerajaan Raya suatu kali kembali menyerang Kampung Tebing Tinggi untuk menangkap Datuk Bandar Kajum, tetapi karena tidak berada di tempat, Datuk Bandar Kajum yang bergelar Datuk Punggawa ini selamat. Sedangkan keluarganya bersama pengikutnya melarikan diri ke Perkebunan Rambutan yang saat itu di bawah kekuasaan Kolonial Belanda. Lalu dibantu oleh Belanda, Datuk Bandar Kajum pun mengadakan serangan balasan terhadap tentara Kerajaan Raya ini. Dalam peperangan itu, dia, bersama pengikutnya berhasil mengalahkan penyerang.

Setelah suasana kembali aman, untuk tetap menjaga ketentraman daerah itu, Datuk Bandar Kajum pun mengadakan perjanjian dengan Belanda. Oleh Belanda daerah kekuasaan Datuk Bandar Kajum ini dilebur menjadi wilayah taklukan Kerajaan Deli. Penanda tanganan perjanjian itu, terang kertas kerja tersebut, dilakukan Datuk Bandar Kajum dan Belanda di sebuah sampan bernama “Sagur” di sekitar muara sungai Bahilang.

Adalah Datuk Idris Hood bersama Adnan Ilyas, Drs. Mulia Sianipar, Amirullah, Kasmiran, Djunjung Siregar, Mangara Sirait, Sjahnan dan OK Siradjoel Abidin yang membuat kertas kerja itu dan berusaha menggali historisitas berdirinya Kota Tebing Tinggi. Namun, sebagian besar tokoh itu sudah wafat, sehingga kalangan generasi muda merasa kesulitan untuk melacak akar historis daerah yang bergelar kota lemang itu. Salah satu di antara tokoh itu yang masih hidup adalah Mangara Sirait, mantan anggota DPRD Tebing Tinggi, yang kini bermukim di belakang LP Tebing Tinggi.

Pertanyaan yang paling mendasar bagi kalangan generasi muda kota itu, saat ini adalah, apa nama daerah hunian dan tempat tinggal di sepanjang aliran sungai Padang dan sungai Bahilang itu sebelum nama ‘Tebing Tinggi’ muncul dalam data sejarah?

“Daerah itu bernama Kerajaan Padang,” tegas Amiruddin Damanik, 91, warga Desa Kuta Baru, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagei, suatu kali ketika penulis berbincang-bincang dengan dia. Jauh sebelum ada kampung Tebing Tinggi, ujarnya memulai cerita, sepanjang aliran sungai Padang dari hulu hingga hilir, daerah itu merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Padang.

Kerajaan ini dulunya merupakan daerah otonom di bawah Kerajaan Deli yang berpusat di Deli Tua, kata Amiruddin Damanik yang merupakan mantan penghulu pada masa penghujung berakhirnya kerajaan itu menjelang kemerdekaan Republik Indonesia. Pusat kerajaan ini, lanjut dia, berada di Kampung Bandar Sakti—sekarang Kelurahan Bandar Sakti, Kecamatan Rambutan—yang merupakan pelabuhan sungai dan menjadi pusat perdagangan Kerajaan Padang dengan kerajaan lain. “Waktu itu sungai merupakan sarana transportasi utama, jadi wajar kalau ibu kota Kerajaan Padang berada di tepian sungai Padang,” terang laki-laki yang terlihat masih memiliki ingatan kuat meski pisiknya sudah sepuh.

Pusat administrasi Kerajaan Padang ini berada di sebuah bangunan bergaya arsitektur Eropah yang saat ini menjadi markas Koramil 013, di Jalan KF Tandean. Bangunan itulah yang jadi saksi bisu keberadaan Kerajaan Padang, kata laki-laki yang memiliki sepuluh anak dan puluhan cucu serta cicit ini. Sedangkan istana raja lokasinya tidak berapa jauh dari pusat administrasi kerajaan. “Seingat saya, dulu istana itu masih ada di belakang panglong, bersisian dengan Jalan Dr. Kumpulan Pane dan masih terlihat dari persimpangan Jalan KF Tandean. Tapi sekarang entah ada lagi entah tidak,” tutur Amiruddin Damanik, yang mengaku sudah belasan tahun tidak ke kota (Tebing Tinggi).

Historis Kerajaan Padang ini, lanjut dia, bisa dilacak juga melalui cerita lisan yang sambung menyambung, bermula dari memerintahnya seorang penguasa bernama Raja Syah Bokar. Bersama raja ini ada juga beberapa pembantu raja yang dikenal cukup berpengaruh masa itu, mereka adalah Panglima Daud berkedudukan sebagai panglima perang dan Orang Kaya Bakir sebagai bendahara kerajaan.

Di bawah pengaruh raja ini, Kerajaan Padang memiliki daerah yang luas terdiri dari puluhan kampung dan dipimpin kepala kampung masing-masing. Tiap-tiap kampung merupakan daerah otonom tetapi tunduk pada kekuasaan raja Kerajaan Padang. Di sebelah utara, Kerajaan Padang berbatasan dengan perkebunan Rambutan yang dikuasai Belanda. Di sebelah selatan Kerajaan Padang memiliki kampung-kampung yang menjadi batas wilayahnya dengan Kerajaan Raya, Simalungun. Kampung itu adalah Huta Padang dan Bartong –saat ini berada di Kec.Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagei. Ke arah barat, kerajaan ini mencapai Kampung Pertapaan –sekarang masuk Kec. Dolok Masihul, Sergai. Demikian pula ke arah timur, kerajaan ini memiliki batas hingga ke Bandar Khalifah—sekarang Kec. Bandar Khalifah, Sergai.

Kerajaan Padang masa itu dihuni penduduk dari multi etnis, baik etnis lokal maupun dari mancanegara. Hingga kini bukti-bukti multi etnisitas itu terlihat dari penamaan kampung-kampung yang ada di Kota Tebing Tinggi., seperti, Kampung Jawa, Kampung Begelen, Kampung Rao, Kampung Mandailing, Kampung Tempel, Kampung Batak dan Kampung Keling. Penamaan kampung yang terakhir ini berlokasi di pinggiran sungai Padang –saat ini terletak di Kelurahan Tanjung Marulak—menginformasikan bahwa pada masa Kerajaan Padang wilayah itu sudah di huni salah satu suku bangsa dari anak benua India. Bukti arkeologis keberadaan etnis anak benua India itu dengan pernah ditemukannya bangkai sebuah perahu bergaya Hindu mengendap dari kedalaman sungai Padang di Desa Kuta Baru sekira lima tahun lalu. Namun sayang, bangkai kapal itu hancur karena tidak terawat.

Demikian pula dengan keberadaan etnis Tionghoa telah ada seiring dengan perkembangan hubungan Kerajaan Padang dengan kerajaan lain. Etnis Tionghoa kala itu, banyak menghuni pinggiran muara sungai Bahilang. Kelompok mereka dipimpin seorang kapitan. “Hingga kini kalau saya tidak salah kediaman kapitan Cina iu masih ada di Jalan Iskandar Muda berhadapan dengan bekas bioskop Metro,” tegas orang tua yang enggan di panggil kakek itu.

Di samping kedua etnis ini, orang-orang Belanda juga belakangan menghuni Kerajaan Padang . Ini dibuktikan dengan adanya perkuburan mereka yang disebut Kerkof (kuburan) di Kampung Bagelen –sekarang di Jalan Cemara.

Beberapa kampung yang spesifik dari kegiatan penduduk kala itu juga masih terabadikan hingga kini, misalnya Kampung Bicara, Bandar Sono, Kampung Persiakan, Kampung Durian, Kampung Jati, Kampung Sawo, Kampung Kurnia, Kampung Jeruk, Kampung Semut, Kampung Tambangan, Kampung Sigiling dan Kampung Badak Bejuang serta beberapa kampung lainnya.
Read more ...

Pemenang Duta Wisata Kota Tebing Tinggi Tahun 2016


Tebing Tinggi 17 Oktober 2016, pemilihan Duta Wisata yang dihadiri oleh Kabid Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Tebing Tinggi beserta Tim Juri untuk menilai bakat-bakat yang dimiliki oleh para peserta Duta Wisata. Pembukaan Pemilihan Duta Wisata Kota Tebing Tinggi oleh Kadisporabudpar Kota Tebing Tinggi. Dengan Jumlah Peserta duta wisata yang hadir 25 orang, terdiri dari peserta perempuan 13 orang, dan peserta laki-laki 12 orang. Dimana para peserta diuji dengan menampilakan bakat yang dimiliki, test wawasan, juga test kemampuan berbahasa Inggris. Dari hasil Penilaian Juri yang menjadi pemenang duta wisata yaitu  :

- Imanda Afcadana Lbs dan Sri Audina Anggreiny sebagai juara I


- Mhd Ilham Lbs dan Fatwa Ikhsani sebagai juara II


- M. Riski Fatihah dan Ayu Novhia sebagai juara III


- Kevin Alexander dan Nabillah Ardinda Eka Putri sebagai juara Harapan I


- Candra Wibowo dsn Siswi Dpn sebagai juara Harapan II


- Dwi Shavila sebagai juara Harapan III


- Ifbal Rahmadhana Harahap dan Shabilla Rizka Azzahra sebagai Juara Favorite


Read more ...

Pemilihan Ikatan Abang Kakak Kota Tebing Tinggi (IKABAKA)


IKABAKA merupakan suatu organisasi yang bergerak untuk memebetuk karakter anak muda dalam bidang bakat. Didalam ini kita bergerak dalam lingkup kota, khususnya tebing tinggi yang diadakan setiap tahun untuk mencari bibit-bibit baru untuk membentuk karakter anak yang berpengetahuan luas, memiliki bakat..
Sama halnya dengan Duta Wisata IKABAKA ini bertugas hanya sementara dan bergerak untuk membantu masyarakat khususnya kota tebng tinggi.

Bagi anda yang bertempat tinggal Kota Tebing Tinggi Silakan yang mau daftar jadi abang kakak Tebing Tinggi 2017

Persyaratan :
  • Usia 15- 24 Tahun
  • Belum menikah,
  • Pria dan wanita
  • Memiliki wawasan Tentang Tebing Tinggi
  • Biaya pendaftaran 50.000
  • Pendaftaran dari tgl 7 november - 10 desember
  • Formulir pendaftaran bisa di dapat di Radio DIS FM Tebing Tinggi,,,
  • Buruan daftarkan diri kamu, dan ajak teman kamu...
  • Kamu akan dapat pengalaman dan pembelajaran yg berharga..


Jadi tunggu apa lagi.... Contack person :
K'dila 0858 3159 7039
B'Zul 0821 6515 2930
B'ares 0821 6836 6724

Atau Kunjungi IG kami : @abangkakaktebingtinggi
Read more ...

Friday, 1 July 2016

Makanan Khas Kota Tebing Tinggi

Lemang
1. Lemang
Makanan dari kota Tebing Tinggi adalah Lemang. Lemang merupakan makanan dari beras ketan yang dimasak dalam seruas bambu, setelah sebelumnya digulung dengan selembar daun pisang. Gulungan daun bambu berisi tepung beras bercampur santan kelapa ini kemudian dimasukkan ke dalam seruas bambu lalu dibakar sampai matang di atas tungku panjang. Lemang lebih nikmat disantap hangat-hangat, dengan campuran selai bahkan durian.

Pusat penjualan lemang di Tebing Tinggi adalah di seruas jalan bernama Jl. KH Dahlan berseberangan dengan Masjid Raya Tebing Tinggi, masyarakat lebih mengenalnya sebagai Jalan Tjong Afie. Lemang yang paling terkenal adalah Lemang Batok.

Lemang produksi kota Tebing Tinggi sangat terkenal lezat dan lemak. Karena kelezatannya itulah kota Tebing Tinggi juga dijuluki sebagai Kota Lemang.





2. Roti Kacang
Sejak sekitar tahun 2005 di Tebing Tinggi muncul makanan baru, yakni Roti Kacang (di kota lain disebut Bakpia). Roti kacang yang terkenal adalah Roti kacang bermerek Rajawali, Beo dan Garuda. Roti kacang banyak dijual di terminal Pajak (Pasar) Mini Tebing Tinggi. Karena kelezatannya dan harga yang ekonomis, Roti Kacang mulai menjadi ikon baru kuliner Tebing Tinggi selain Lemang.


Read more ...

Landmark Kota Tebing Tinggi


Tugu 13 Desember 1945. Lokasi di Tanah Lapang Merdeka Jalan Dr. Sutomo


Read more ...

Kuliner Kota Tebing Tinggi


Jika sempat mampir atau melintas di Tebing Tinggi, Sumatera Utara dan kebetulan mencari tempat makan yang cukup menggoda selera atau sekalian untuk melepas lelah dan lapar selama perjalanan, mari silakan coba mampir ke beberapa tempat makan berikut ini:

Pondok Bakso Mataram : berlokasi di Jl. Prof. DR. Hamka, rumah makan ini sesuai dengan namanya tentu saja memiliki spesialisasi dalam hal bakso. Macam-macam jenis porsi bakso yang ditawarkan. Ada bakso semar mendem, bakso petruk, bakso bagong , sate bakso sapi juga tersedia masakan seafood seperti ikan bakar, cumi goring tepung dan lain sebagainya sebagai teman makan nasi kalau sekadar bakso seporsi belum cukup menutup lapar. Untuk minuman, ditawarkan berbagai juice semisal juice terong belanda, markisa atau sirsak dan lain sebagainya. Rumah makan ini cukup lengkap dan biasa buka sekitar pukul 11.00 siang hingga pukul 10.00 malam.

Roemah Kopi Dolok : Masih di bilangan yang sama dengan Pondok Bakso Mataram ada tempat minum kopi (coffee shop) yang nyaman untuk berkumpul bersama sahabat untuk melepas lelah. Tersedia beraneka ragam minuman berbahan dasar kopi tidak kalah dengan coffee shop ternama, juga beraneka ragam makanan berat atau ringan. Mau nonton bola bareng juga ok, karena ada layar TV besar tersedia untuk nonton bareng dengan tempat yang cukup luas.

Restoran India : Berlokasi di Jl. A. Yani, tepatnya berseberangan dengan Vihara Avalokitesvara. Restoran ini menyediakan menu favorit martabak mesir dengan berbagai variannya. Tersedia juga menu roti cane dan masakan seafood serta masakan Indonesia lainnya. Restoran India ini boleh dikatakan cukup lengkap pilihan menunya. Mau coba kopi susu kambing di Restoran ini, ada juga tersedia.

Warung Bebek Pawito : Berlokasi di depan RSU Kumpulan Pane, rumah makan ini memang mengandalkan bebek sebagai menu utamanya. Silakan coba bebek goreng cabe ijo, pakai nasi putih hangat pun sudah mantap plus tambah juice terong belanda nya. Yummy !

Restoran Iga-Iga Bakso : Lokasi restoran yang mempunyai ruang makan yang luas ini cukup mudah dicari karena persis di jalan raya utama Tebing Tinggi yaitu Jalan Jend. Sudirman depan Ramayana Dept. Store. Menu andalannya terutama adalah bakso iga, selain itu juga tersedia ayam penyet, bebek penyet dan iga penyet. Sambalnya lumayan sedap. Minuman juga cukup bervariasi. Tempat yang cocok untuk makan sekaligus berkumpul bersama keluarga atau rekan kerja.

Rumah Makan BPK Dalinta Jumpa : Nah untuk yang satu ini sesuai namanya BPK (Babi Panggang Karo) jelas tidak semua pengunjung dapat menikmatinya. Namun demikian bagi yang dapat menikmati harap bersabar kalau kebetulan ingin bersantap siang di rumah makan ini, karena rumah makan BPK yang berlokasi di Jl. Gatot Subroto, Tebing Tinggi ini sangat ramai pengunjung. Mantap !

Nah, sudah begitu saja sekilas info !

Selamat berlibur !
Read more ...
Esa Hilang Dua Terbilang